Pesawat ATR 72-500 dapat terbang selama 4 jam tanpa henti serta tidak membutuhkan landasan yang panjang untuk tinggal landas dan mendarat. Pesawat ini juga telah menggunakan mesin dan alat navigasi yang terbaru atau generasi terakhir dimana tingkat kebisingan dan akurasinya telah memenuhi standard penerbangan pada masa-masa mendatang. Wings Air memilih pesawat jenis ini oleh karena telah banyak digunakan baik di Eropa maupun Asia sehingga dukungan suku cadangnya telah terjamin. Pesawat ATR 72-500 yang telah dipesan tersebut akan dioperasikan untuk melayani bandara yang ada di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Saat peresmian pengoperasian di Bandara Sam Ratulangi Menado, Komisaris Wings Air Rusdi Kirana mengungkapkan kKedatangan pesawat merupakan bukti kepercayaan dunia terhadap bangsa Indonesia. Kotabumi. Lampung Utara. "Dan merupakan bentuk apresiasi internastional terhadap pengembangan penerbangan nasional menuju sistem angkutan udara yang aman, nyaman, efektif, efisien serta kompetitif pada era globalisasi dan dalam menyongsong era langit terbuka di kawasan ASEAN," ujar Rusdi. Dia menambahkan dukungan bank international untuk membiayai pengadaan pesawat ATR 72-500 merupakan gambaran kepercayaan dunia internasional dalam hal investasi di negara Indonesia. Sejak diresmikan hingga kini belum ada penerbangan asing yang menyinggahi maupun berangkat dari Bandara Internasional Pattimura, Ambon, Maluku. "Belum ada penerbangan asing yang berjadwal yang masuk ke Ambon melalui Bandara Internasional Pattimura. Tetapi kalau penerbangan yang tidak berjadwal seperti pesawat pribadi atau yang dicarter khusus ke Ambon ada. kata General Manager PT. (Persero) Angkasa Pura I, Gerits Mailesun kepada ANTARA di Ambon, Jumat. Dia mencontohkan satu penerbangan tidak berjadwal dari Darwin, Australia Utara dan masuk melalui bandara itu pada akhir Desember 2009. Menurutnya, salah satu hal terpenting yang diperhitungkan maskapai penerbangan asing untuk menyinggahi bandara bertaraf internasional yakni potensi pasar penerbangan di wilayah tersebut. "Masalahnya tidak ada pasar penerbangan internasional di Ambon. Maskapai penerbangan asing tentunya lebih memilih pasar wisatawan yang padat seperti Bali dan beberapa daerah lain," katanya. Di samping itu, menurut Gerits, seorang wisatawan mancanegara (wisman) saat merencanakan suatu perjalanan sudah memikirkan konsekuensi terburuk sehingga mereka menanyakan hal-hal yang diperlukan atau kemungkinan terjadi dalam perjalanannya. "Saya beberapa kali melakukan survei dan pertanyaan mereka di luar prediksi kami seperti misalnya jarak tempuh bandara dan akses jalan menuju rumah sakit terdekat atau fasilitas hotel dan lainnya," katanya. Kebanyakan wisman yang berkunjung ke Maluku menggunakan Bandara Internasional Ngurah Ray, Bali sebagai akses menuju Ambon dan kabupaten lain di Maluku. Sedangkan wisman dari Belanda yang umumnya keturunan Maluku di negeri Kincir Angin itu, memilih Jakarta atau kota lain yang memiliki rute penerbangan asing menuju Indonesia, tetapi ada pula yang menggunakan pesawat pribadi atau carteran langsung menuju Ambon. "Kalau ada maskapai penerbangan asing yang berminat ke Ambon mereka pasti akan melakukan survei dan menyurati pihak Bandara Pattimura. Namun sejauh ini belum ada surat dari maskapai penerbangan asing untuk kepentingan tersebut," katanya. Ia mengatakan, pihak Angkasa Pura I sudah menyiapkan fasilitas lengkap untuk menunjang fungsinya sebagai bandara internasional, bahkan koordiniasi sudah terjalin baik dengan instansi teknis penunjang pelayanan dan pengamanan di bandara yang berlokasi di Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon tersebut.
7 tahun yang lalu